Jumat, 05 Januari 2018

LAPORAN CB AGAMA

CBDC – TFI
Character Building  Agama

KEPEDULIAN SOSIAL


LogoBINUS-University




BERAGAMA DALAM PELIK POLITIK NEGARA




Identitas Kelompok

NIM
Nama
Jabatan (ketua, sekertaris, anggota)
2001613534
Gibran Rivaldhi Chaedar
Anggota
2001616100
Hafiyyan Cahyo Bhaskoro
Anggota
2001617450
Kafti Paradika Purnomo
Anggota
2001613250
Raynaldhi Banne Karangan Sandang
Anggota
 2001612052
Rayzaki Budhy Rasyidi
Ketua



Kelas
LB-43




BINUS UNIVERSITY
2016





HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL/LAPORAN AKHIR

Project Luar Kelas Character Bulidng Agama


1.
Judul Project
:
BERAGAMA DALAM PELIK POLITIK NEGARA

2
Lokasi Project
:
-
3
Kelompok target kegiatan
:
Pemuka agama (3 agama berbeda)
4.
Nama Anggota Kelompok



1.
:
Gibran Rivaldhi Chaedar

2.
:
Hafiyyan Cahyo Bhaskoro

3.
:
Kafti Paradika Purnomo

4.
5.
:
:
Raynaldhi Banne Karangan Sandang
Rayzaki Budhy Rasyidi

5
Mata Kuliah
:
Character Building Agama
6
Kelas
:
LB43
7.
Dosen
:
Dr. Noor Rachmat, M.A




                                                                                        Jakarta,…………………………..

Mengetahui




( .....................................................)
Dosen CB Pancasila

Ketua Kelompok




(....................................................)


















DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL...................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3


BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1  LATAR BELAKANG..............................................................................4
1.2  TUJUAN...................................................................................................5

BAB II METODE KEGIATAN......................................................................5
2.1 KONSEP KEGIATAN..............................................................................5
2.2 WAKTU DAN LOKASI...........................................................................6

BAB III KONSEP...........................................................................................6

REFERENSI....................................................................................................7


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama bukanlah sekedar ideologi untuk dipercaya. Saat seseorang menganut suatu agama, maka orang tersebut harus mengikuti peraturan yang ada di agama tersebut. Selain memberikan kewajiban pada penganutnya, agama juga mengatur berbagai aspek dalam  kehidupan umatnya. Mulai dari hal kecil seperti makan dan minum, bersosialisasi dengan sesama manusia, sampai kehidupan bernegara. Indonesia adalah negara multikultural dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Perbedaan agama tentu bukanlah hal yang baru bagi indonesia, yang mana negara ini memiliki 6 agama resmi, yakni Islam, Protestan, Katolik, Buddha, Hindu dan Khonghucu.

Menghadapi perbedaan tersebut dalam problema sehari-hari mungkin bukanlah hal yang sulit, dikarenakan pendidikan yang sejak dini mengajarkan kita toleransi dalam beragama. Perbedaan kepercayaan dapat diatasi dengan sikap menghargai dan menghormati sesama. Namun, permasalahan akan timbul saat problema tersebut menyentuh ranah politik, yang mana kali ini, toleransi tidak akan bekerja sama seperti saat sekedar mengatasi perbedaan cara menyantap makanan. 6 agama resmi memiliki pandangan yang berbeda, tetapi hanya ada satu negara, yakni indonesia. Disaat suatu sistem politik dirasa bertabrakan dari keryakinan suatu agama, disitulah konflik antar umat beragama bergejolak. Masing-masing akan berusaha untuk menghindari posisi yang dirugikan. Mayoritas dan minoritas akan berkelik menjadi bensin dari api yang tengah membakar. Negara akan mengalami krisis beragama yang menjadi konsekuensi dari keberagamannya.

Indonesia kini tengah menghadapi krisis tersebut, api yang disulut oleh pilkada gubernur DKI Jakarta, merembet ke seluruh penjuru negara. Lebih dari ribuan umat berbeda agama turun ke jalan mengadakan aksi unjuk rasa. Bahkan setelah pilkada 2017 tersebut berlalu, api konflik masih belum bisa di padamkan seluruhnya. Perang teori di sosial media dan saling hujat masih marak terjadi. Presiden Joko Widodo, Jumat (24/3/2017), dikutip dari detik.com, menyangkut permasalahan ini pun berpesan berpesan “Jangan sampai dicampuradukkan antara politik dan agama, dipisah betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana yang politik,". Perkataan ini pun kembali menimbulkan konflik. Pesan tersebut memunculkan isu “Radikalis sekuler”, yang mana merupakan salah satu ciri komunisme, dan kembali menyulut api konflik.

Atas dasar permasalahan tersebut, project ini kami manfaatkan untuk mencari tahu pandangan dari tokoh agamis menyangkut problema beragama dalam kehidupan politik negara. Dengan mewawancarai 3 tokoh agama dari 3 agama yang berbeda di Indonesia, kami akan mengorek solusi dari masing masing tokoh, akan permasalahan yang tengah terjadi di Indonesia ini.







1.2 Tujuan

Dengan latar belakang tersebut, kegiatan kami bertujuan untuk:
           
1.    Memperluas wawasan akan pandangan agama yang berbeda

Masing-masing agama tentu memiliki pandangan berbeda dalam memandang permasalahan politik negara, tentunya kami mengharapkan dengan wawancara ini dapat memperluas pengetahuan kami akan perbedaan yang ada.

2.    Menghilangkan sikap apatis

Dengan melaksanakan kegiatan wawancara ini, kami ingin menghilangkan sikap apatis dalam diri pribadi yang hanya ingin tahu pandangan dari agam sendiri dan mengabaikan pandangan dari agama lainnya.

3.    Menjalin silaturahim antar individu berbeda agama

Kegiatan wawancara ini juga bertujuan untuk menjalin silaturahim dengan tokoh agamis yang memiliki agama berbeda, bertukar pemikiran dalam diskusi sehingga menciptakan keharmonisan umat beragama dalam negara.

4.    Menemukan titik tengah permasalahan

Dari jawaban para tokoh yang telah diwawancara, kami bertujuan untuk menyimpulkan solusi yang di berikan ketiga agama yang berbeda untuk menemukan titik tengah dari konflik berkelanjutan yang kini sedang terjadi di Indonesia.


BAB II METODE KEGIATAN

2.1 Konsep Kegiatan

Kami akan menyiapkan pertanyaan, seputar tema yang sudah ditentukan, untuk masing-masing pemuka agama. Tentunya tema dan pertanyaan bagi masing-masing tokoh akan sama, sehingga jawaban pun dapat dibandingkan. Kami juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan spesifik khusus yang berbeda untuk masing-masing agama, yang nantinya akan kami ambil sebagai ciri khas dari pandangan agama tersebut.

Hasil dari wawancara, setelah di olah, akan kami sajikan dalam bentuk presentasi. Tentunya masing masing wawancara akan memiliki dokumentasi video yang nantinya juga akan di tampilkan pada presentasi.
         




2.2  Waktu dan Lokasi

Waktu dan lokasi dari kegiatan ini akan mengikuti jadwal dari pemuka agama yang nantinya akan kami wawancara. Kami belum bisa memberikan waktu pasti nya, karena perlu menunggu kepastian dari masing masing tokoh agama.




BAB III KONSEP

Sekularisme secara garis besar menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Paham ini dianggap dapat menunjang kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan adanya rangka yang mengambil jalan tengah dalam masalah kepercayaan tanpa mengatasnamakan kepercayaan tertentu. Sekularisme juga beranggapan bahwa aktivitas politis manusia harus didasarkan pada fakta, bukan berdasarkan kepercayaan beragama.
Dalam politik, sekularisme dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan dapat menghilangkan diskriminasi kaum-kaum minoritas.
Dalam paham Marxisme yang dibawa oleh filsafat abad ke-20 , Karl Marx, mendukung bahwa pengaruh agama membawa dampak negatif bagi kehidupan politis negara.  Di dalam negara dengan kepercayaan serupa seperti negara blok komunis , institusi keagamaan menjadi subjek di bawah negara sekuler. Kebebasan untuk beribadah dihalang-halangi dan dibatasi, dan ajaran agama pun juga diawasi agar selalu sejalan dengan hukum sekuler atau bahkan filsafat umum yang resmi.

Anti-sekularisme merasa bahwa pandangan diatas sangat arogan, menurut mereka pemerintaan sekuler menciptakan lebih banyak masalah daripada menyelesaikannya, dan pemerintahan dengan etos keagamaan itu lebih baik. Menurut anti-sekularisme dari kaum kristiani, mereka merasa bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak kebebasan beragama daripada yang sekuler. Seperti contohnya Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Denmark, yang mempunyai hubungan konstitusional antara gereja dengan negara namun juga dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara kebalikannya.







BAB IV

HASIL KEGIATAN I
Kelas                                : LB43
Dosen                                         : Noor Rachmat
Hari/Tanggal                    :  14 Desember 2017
Waktu                              : 16.00-16.30 WIB
Lokasi                              : Wihara Ekayana.
Kehadiran                         :

1.    Rayzaki Budhy R             2001612052   √
2.    Kafti Paradika Purnomo   2001617450   √
3.    Gibran Rivaldi                 2001613534 √
4.    Reynaldi Sandang            2001613250√

*Keterangan:  √ (Hadir); – (Tidak Hadir)

Pada tanggal  Desember 2017 kami mengunjungi Wihara Ekayana yang bertempat di Jalan Mangga II No. 8 Tanjung Duren Barat untuk mensurvey Wihara dan membuat janji untuk mewawancara salah satu tokoh agama di Wihara Ekayana. Survey ini dihadiri oleh seluruh anggota kelompok 7. 

HASIL KEGIATAN II
Kelas                                : LB43
Dosen                                         : Noor Rachmat
Hari/Tanggal                    :  15 Desember 2017
Waktu                              : 14.00-15.00 WIB
Lokasi                              : Kediaman Ustad Abdul Rojak
Kehadiran                         :
1.    Rayzaki Budhy R             2001612052   √
2.    Kafti Paradika Purnomo   2001617450   √
3.    Gibran Rivaldi                 2001613534 √
4.    Reynaldi Sandang            2001613250√

*Keterangan:  √ (Hadir); – (Tidak Hadir)
Pada tanggal Desember 2017 kami mengunjungi Ustad Abdul Rojak di kediaman rumah beliau untuk mewawancarai tentang topic kami. Dan Berikut hasil wawancara kelompok kami dengan beliau
1.    Bagaimana pandangan agama anda soal politik Negara, dalam pembentukan sistem Negara dengan mayoritas agama tertentu?

Sebaiknya soal politik Negara berkiblatkan pada Agama, dikarenakan dalam agama itu sendiri mengajarkan kebaikan pada setiap umat manusia di muka bumi ini. Nabi pun mengajarkan kebaikan, seperti contohnya tidak menghabisi suatu kaum yang berbeda keyakinan karena masalah tertentu. Dalam agama sendiri menjamin adanya keselamatan dan islam pun melarang merusak dari agama mereka. Dalam agama sendiri juga dijelaskan bagaimana berpolitik dengan benar  meskipun tidak secara rinci.

2.    Professor Amal Tomagola dari Universitas Indonesia, yang merupakan dosen psikologi, pernah mengatakan bahwa agama telah gagal melaksanakan tugas sosialnya terhadap masyarakat, apakah menurut anda sah sah saja apabila suatu golongan agama tertentu menggunakan tangan Negara untuk melaksanakan kepentingan agamanya?

Agama tidak pernah salah, kursi kepresidenan dan hukum tidak pernah salah, lalu untuk pihak yang disalahkan adalah oknumnya. Agama dan politik Negara sebaiknya berjalan dengan berirangan dan kita sebagai masyarakat Indonesia seharusnya tunduk kepada hukum dan taati ulul amri (pemimpin).


3.    Presiden Jokowi 24 Maret 2017 diperesmian tugu Sumatra Utara mengatakan bahwa jangan satukan agama dan politik Negara, bagaimana pendapat anda dengan pernyataan tersebut?

Agama dan Politik tidak akan pernah bisa di pisahkan. Jika agama dan politik dipisah maka degradasi moral akan terjadi, dimana masyarakat itu sendiri tidak bermoral, beretika dan tidak bisa menghormati satu sama lain. Seperti contohnya kasus pelecehan seksual yang sering terjadi, bahkan pembunuhan sekalipun. Itulah mengapa politik itu sendiri harus berkiblat pada agama dan harus berjalan beriringan.

HASIL KEGIATAN III
Kelas                                : LB43
Dosen                                         : Noor Rachmat
Hari/Tanggal                    :  19 Desember 2017
Waktu                              : 11.00-11.30 WIB
Lokasi                              : Wihara Ekayana, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Kehadiran                         :
1.    Rayzaki Budhy R             2001612052   √
2.    Kafti Paradika Purnomo   2001617450   √
3.    Gibran Rivaldi                 2001613534 √

NIM   Nama Keterangan*
*Keterangan:  √ (Hadir); – (Tidak Hadir)
Pada tanggal Desember 2017 kami mengunjungi Wihara Ekayana untuk mewawancarai tokoh agama. Tokoh agama yang kami temui saat itu adalah Romo Badhra Pala Berikut hasil wawancara kelompok kami dengan beliau:
1.    Bagaiama pandangan agama anda soal politik Negara, dalam pembentukan sistem Negara dengan mayoritas agama tertentu?

Politik ada dalam kehidupan sehari-hari begitu juga dengan agama.  Negara, agama dan politik tidak bisa dipisahkan. Pada hakikatnya politik itu sendiri tidak jahat. Jika politik itu sendiri dijalankan oleh orang orang yang baik maka akan lebih baik, jika yang keliru akan berbahaya.  Namun, agama itu sendiri tidak bisa diterapkan sepenuhnya pada kehidupan politik karena masyarakat yang majemuk dalam kasus ini kita bisa menerapkan poin-poin penting dalam agama yang bersifat universal. Kecuali masyarakat itu sendiri tidak majemuk, atau bisa dibilang hanya ada satu agama dalam Negara tersebut.

2.    Professor Amal Tomagola dari Universitas Indonesia, yang merupakan dosen psikologi, pernah mengatakan bahwa agama telah gagal melaksanakan tugas sosialnya terhadap masyarakat, apakah menurut anda sah sah saja apabila suatu golongan agama tertentu menggunakan tangan Negara untuk melaksanakan kepentingan agamanya?

Agama sudah cukup berhasil dalam kegiatan sosialnya terhadap masyarakat yang beragam. Tidak masalah jika menggunakan tangan Negara untuk menyuarakan kepentingan agama namun dalam konteks ini bukan untuk agama masing-masing melainkan secara universal yaitu untuk kepentingan agama bersama.kita bisa menggunakan poin-poin penting dalam agama dan mengamalkan serta menerapkannya untuk kepentingan masyarakat bersama yang nilainya lebih universal dan bisa mencakup dan mewakili banyak orang dengan kerpercayaan yang beragam.

3.    Presiden Jokowi 24 Maret 2017 diperesmian tugu Sumatra Utara mengatakan bahwa jangan satukan agama dan politik Negara, bagaimana pendapat anda dengan pernyataan tersebut?

Memang benar agama dan politik harus dipisahkan, akan tetapi tidak boleh juga jika berdiri sendiri masing masing. Nilai agama juga banyak yang baik sekali dan jika kita bisa mengamalkan serta menerapkan nilai tersebut maka kita juga bisa menerapkannya pada bidang politik pemerintahan akan tetapi yang bersifat umum tanpa berkepentingan kelompok. Dalam agama juga ada nilai kepemimpinan yang banyak bisa diterapkan. Mungkin pada saat itu situasi kondisi Indonesia sedang marak-maraknya tindakan terorisme dan radikalisme, dan itu adalah salah satu penyebab mengapa beliau mengatakan hal serupa. Pernyataan tersebut tentunya bisa meredam pemikiran masyarakat yang menyalah gunakan nama agama atau mengatas namakan agama dalam tindakan radikalismenya.
HASIL KEGIATAN IV
Kelas                                : LB43
Dosen                                          : Noor Rachmat
Hari/Tanggal                    : 28 Desember 2017
Waktu                              : 09.00-09.30 WIB
Lokasi                              : Kost Sandang, gang U, Kebon Jeruk,Jakarta Barat.
Kehadiran                         :
1.    Rayzaki Budhy R             2001612052   √
2.    Kafti Paradika Purnomo   2001617450   √
3.    Gibran Rivaldi                 2001613534 √
4.    Reynaldi Sandang            2001613250√


NIM   Nama Keterangan*
*Keterangan:  √ (Hadir); – (Tidak Hadir)
Pada tanggal Desember 2017 kami mengunjungi Kost syahdan, tempat dimana mahasiswa-mahasiswa binus dapat beribadah setiap hari di aula lantai 3 untuk mewawancarai tokoh agama. Tokoh agama yang kami temui saat itu adalah Pendeta Moses Soewarto Berikut hasil wawancara kelompok kami dengan beliau:
1.    Bagaimana pandangan agama anda soal politik Negara, dalam pembentukan sistem Negara dengan mayoritas agama tertentu?

Politik dan agama adalah 2 hal yang berbeda dalam diri seseorang dan tetapi tidak bisa dipisahkan dari manusia. Politik itu pasti berkaitan dengan kegiatan kita sehari-hari, setiap orang itu pasti berpolitik dalam hal kecil maupun besar.Khususnya dalam Negara Indonesia, semua pasti berpolitik dan pasti ia juga beragama. Dan politik tanpa agama yang sekuler seperti Negara perancis berbeda dengan Negara Indonesia. Uniknya dari Negara kita tercinta ini adalah yang menyatukan nya adalah bukan politiknya tapi karena agamanya. Maka agama menyokong terciptanya keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

2.    Professor Amal Tomagola dari Universitas Indonesia, yang merupakan dosen psikologi, pernah mengatakan bahwa agama telah gagal melaksanakan tugas sosialnya terhadap masyarakat, apakah menurut anda sah sah saja apabila suatu golongan agama tertentu menggunakan tangan Negara untuk melaksanakan kepentingan agamanya?

Agama itu adalah hal yang inclusive, semua ada didalam agama. Didalam agama diajarkan bagaimana hidup dengan manusia satu sama lain, memabntu menghargai dan semuanya sudah diatur didalam agama.
Yang menjadi masalah adalah bukan agamanya namun orang nya. Orang yang menggunakan agama nya guna untuk kepentingan kekuasaan nya sendiri adalah orang yang kurang berpengetahuan akan agama nya sendiri. Orang terserbut tidak memahami tidak menghayati apa yang agama nya telah ajarkan dalam menjadi seorang pemimpin atau seseorang dengan kekuasaan. Orang tersebut dapat berperilaku seperti itu karena orang itu hanya mengambil bagian permukaan dari agama nya dan tidak menerapkan nya dalam kehidupan sehari-hari sehingga orang tersebut bisa menyalahgunakan dan mengatasnamakan agama dalam kegiatan-kegiatan tidak bermoral nya sendiri.

3.    Presiden Jokowi 24 Maret 2017 diperesmian tugu Sumatra Utara mengatakan bahwa jangan satukan agama dan politik Negara, bagaimana pendapat anda dengan pernyataan tersebut?
Menurut saya, Bapak Presden tahu betul apa yang dibicarakna nya,beliau tau dimana beliau berada,kepada siapa beliau berbicara dan dengan siapa beliau berbicara dan saya yakin apa yang beliau maksud dari perkataan tersebut adalah bukan Indonesia menjadi Negara yang sekuler tapi dengan latar belakang banyaknya konflik mengenai pemilihan gubernur jangan samapi presentase keyakina kit aberubah menjadi suatu bentuk radikalisme agama. Dan kira-kira seperti itulah tanggapan saya tentang pernyataan beliau tersebut.


BAB V


REFLEKSI
Kafti Paradika     : Melalui project luar kelas ini kelompok saya mengambil project untuk mewawancarai tokoh agama, saya mendapatkan hal-hal yang baru dalam kegiatan ini, salah satunya adalah pandangan dimana agama dan politik dapat berjalan berdampingan, bukan sesuatu yang harus dipisahkan. Agama merupakan dasar bagi orang-orang berpijak, jika orang tersebut mengamali nilai-nilai agama dengan baik hingga membentuk karakter dan nuraninya niscaya dalam perannya di dunia politik akan baik dan tidak ada ketidakadilan yang dapat terjadi. Politik tanpa agama merupakan hal yang tidak tepat juga, adanya agama memanusiakan politik, menurut saya pengaplikasian dan pemahaman agama memiliki peran penting dalam membentuk karakter seseorang, nilai-nilai agama dapat diadopsi untuk menciptakan lingkungan yang sejahtera, karakter pembentukan agama dapat menjadi orang tersebut bijak dalam menjalankan roda politik dengan mengamalkan nilai-nilai agama disetiap langkahnya. Meskipun kedua hal ini Nampak bertolak belakang namun bukan berarti mereka tidak dapat berjalan bersama untuk menciptakan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Semoga ini dapat diterapkan di Indonesia agar tercipta sejahtera bagi masyarakat Indonesia.

Rayzaki Budhy Rasyidi : Saya merenungkan dengan dalam mengenai pandangan agama terhadap politik dalam pembentukan sistem Negara. Agama dan politik merupakan pengisi kehidupan sehari-hari, keduanya mengikat manusia dengan cara yang berbeda, contohnya sanksi yang diberikan oleh keduanya. Saya berpendapat bahwa agama dan politik merupakan hal yang berbeda dalam artian, tidak semua nilai agama harus tertuang dalam tata aturan suatu Negara, tidak semua nilai agama harus dituangkan dan di laksanakan oleh suatu tatanan Negara. Lebih tepatnya adalah mengambil nilai universal dari agama ke dalam kehidupan bernegara. Kita hidup di bumi pertiwi yang penuh dengan keberagaman, kita tidak dapat mengambil semua nilai agama dari agama tertentu kedalam tatanan bernegara, sedangkan Negara kita memiliki banyak agama yang dianut oleh penduduknya. Oleh karena itu hanya bernilai universal saja yang di adopsi, kita bukanlah Negara yang menganut sistem keagamaan saja atau politik saja, Negara kita berdiri dalam ideologi Pancasila dimana kedua hal tersebut terkandung dalam Pancasila, keduanya adalah suatu kesatuan yang saling mengisi.


Gibran Rivaldhi : Melalui project luar  kelas ini semakin membuka pandangan saya mengenai agama. Tidak ada pertikaian agama dalam politik, semuanya hanya dikarenakan oleh oknum tertentu. Agama tidak dapat disalahkan, tatanan Negara juga tidak dapat disalahkan. Kembali lagi pada oknum yang menimbulkan pertikaian mencuat. Hal ini dapat disebabkan dengan pemahaman agama yang kurang ataupun sikap acuh tak acuh dengan Negara.

Raynaldhi Bane : Refleksi saya  melalui project luar kelas ini adalah agama dan politik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan jauh, mereka bisa saling mengisi bukan saling bertabrakan. Nilai-nilai agama membawa manusia ke arah yang lebih baik, jika manusia tersebut berbuat kejahatan maka bukan agamanya yang disalahkan namun dirinya sendirilah yang dipertanyakan. Hal ini membuat saya untuk lebih jeli lagi dalam menlai suatu kejadian yang terjadi, sebagai mahasiswa saya tidak dapat hanya berdiam dan tidak peduli namun harus kritis menilai agar tidak terjerumus dalam pandangan yang salah.

KESIMPULAN
Agama itu tidak bisa disatukan dengan politik Negara. Namun kedua hal tersebut harus berjalan beriringan demi menciptakan kedamaian antar umat manusia. Di dalam agama sendiri juga mengajarkan nilai kebaikan yang tentunya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita bisa menerapkan hal tersebut, maka kehidupan di dunia akan lebih tentram dan damai. Karena berpolitik tanpa beragama secara benar akan berbahaya. Agama sering disalahgunakan untuk semata-mata meraih kekuasaan tanpa dilandasi nilai-nilai akhlak yang mulia. Dan agama tanpa politikakan menjadi hal yang sangat disayangkan karena mellui politik, seseorang dapat berekspresi keberagaman dan bisa diaktualisasikan. Dengan sinkron nya jalan agama dan politik, masyarakat manusia akan mendapatkan perlindungan dan jaminan kebebasan dalam kehidupa beragama.




REFERENSI












LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN I

DOKUMENTASI KEGIATAN II


DOKUMENTASI KEGIATAN III




DOKUMENTASI KEGIATAN VI




 VIDEO
https://www.youtube.com/watch?v=CygWKwYoIas&feature=youtu.be