CBDC – TFI
Character Building Agama
KEPEDULIAN
SOSIAL
BERAGAMA DALAM PELIK POLITIK
NEGARA
Identitas Kelompok
NIM
|
Nama
|
Jabatan (ketua, sekertaris, anggota)
|
2001613534
|
Gibran Rivaldhi Chaedar
|
Anggota
|
2001616100
|
Hafiyyan Cahyo Bhaskoro
|
Anggota
|
2001617450
|
Kafti Paradika Purnomo
|
Anggota
|
2001613250
|
Raynaldhi Banne Karangan Sandang
|
Anggota
|
2001612052
|
Rayzaki Budhy Rasyidi
|
Ketua
|
Kelas
|
LB-43
|
BINUS UNIVERSITY
2016
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL/LAPORAN
AKHIR
Project Luar Kelas Character Bulidng Agama
1.
|
Judul Project
|
:
|
BERAGAMA DALAM PELIK POLITIK NEGARA
|
2
|
Lokasi Project
|
:
|
-
|
3
|
Kelompok target kegiatan
|
:
|
Pemuka agama (3 agama berbeda)
|
4.
|
Nama Anggota Kelompok
|
|
|
|
1.
|
:
|
Gibran Rivaldhi Chaedar
|
|
2.
|
:
|
Hafiyyan Cahyo Bhaskoro
|
|
3.
|
:
|
Kafti Paradika Purnomo
|
|
4.
5.
|
:
:
|
Raynaldhi Banne Karangan Sandang
Rayzaki Budhy Rasyidi
|
5
|
Mata Kuliah
|
:
|
Character Building Agama
|
6
|
Kelas
|
:
|
LB43
|
7.
|
Dosen
|
:
|
Dr. Noor
Rachmat, M.A
|
Jakarta,…………………………..
Mengetahui
(
.....................................................)
Dosen CB Pancasila
|
Ketua Kelompok
(....................................................)
|
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL...................................................................................1
HALAMAN
PENGESAHAN.........................................................................2
DAFTAR
ISI...................................................................................................3
BAB
I
PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1 LATAR
BELAKANG..............................................................................4
1.2 TUJUAN...................................................................................................5
BAB
II METODE
KEGIATAN......................................................................5
2.1 KONSEP
KEGIATAN..............................................................................5
2.2 WAKTU DAN
LOKASI...........................................................................6
BAB
III
KONSEP...........................................................................................6
REFERENSI....................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Agama bukanlah sekedar ideologi untuk dipercaya.
Saat seseorang menganut suatu agama, maka orang tersebut harus mengikuti
peraturan yang ada di agama tersebut. Selain memberikan kewajiban pada
penganutnya, agama juga mengatur berbagai aspek dalam kehidupan umatnya. Mulai dari hal kecil
seperti makan dan minum, bersosialisasi dengan sesama manusia, sampai kehidupan
bernegara. Indonesia adalah negara multikultural dengan tingkat keberagaman
yang tinggi. Perbedaan agama tentu bukanlah hal yang baru bagi indonesia, yang
mana negara ini memiliki 6 agama resmi, yakni Islam, Protestan, Katolik,
Buddha, Hindu dan Khonghucu.
Menghadapi perbedaan tersebut dalam problema
sehari-hari mungkin bukanlah hal yang sulit, dikarenakan pendidikan yang sejak
dini mengajarkan kita toleransi dalam beragama. Perbedaan kepercayaan dapat
diatasi dengan sikap menghargai dan menghormati sesama. Namun, permasalahan
akan timbul saat problema tersebut menyentuh ranah politik, yang mana kali ini,
toleransi tidak akan bekerja sama seperti saat sekedar mengatasi perbedaan cara
menyantap makanan. 6 agama resmi memiliki pandangan yang berbeda, tetapi hanya
ada satu negara, yakni indonesia. Disaat suatu sistem politik dirasa bertabrakan
dari keryakinan suatu agama, disitulah konflik antar umat beragama bergejolak.
Masing-masing akan berusaha untuk menghindari posisi yang dirugikan. Mayoritas
dan minoritas akan berkelik menjadi bensin dari api yang tengah membakar.
Negara akan mengalami krisis beragama yang menjadi konsekuensi dari
keberagamannya.
Indonesia kini tengah menghadapi krisis tersebut,
api yang disulut oleh pilkada gubernur DKI Jakarta, merembet ke seluruh penjuru
negara. Lebih dari ribuan umat berbeda agama turun ke jalan mengadakan aksi unjuk
rasa. Bahkan setelah pilkada 2017 tersebut berlalu, api konflik masih belum
bisa di padamkan seluruhnya. Perang teori di sosial media dan saling hujat
masih marak terjadi. Presiden Joko Widodo, Jumat
(24/3/2017),
dikutip dari detik.com, menyangkut permasalahan ini pun berpesan berpesan “Jangan sampai dicampuradukkan antara politik dan
agama, dipisah betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana yang
politik,". Perkataan ini pun kembali menimbulkan konflik. Pesan tersebut memunculkan
isu “Radikalis sekuler”, yang mana merupakan salah satu ciri komunisme, dan
kembali menyulut api konflik.
Atas dasar permasalahan tersebut, project ini kami manfaatkan untuk mencari
tahu pandangan dari tokoh agamis menyangkut problema beragama dalam kehidupan
politik negara. Dengan mewawancarai 3 tokoh agama dari 3 agama yang berbeda di
Indonesia, kami akan mengorek solusi dari masing masing tokoh, akan
permasalahan yang tengah terjadi di Indonesia ini.
1.2 Tujuan
Dengan latar belakang tersebut, kegiatan kami
bertujuan untuk:
1.
Memperluas wawasan akan
pandangan agama yang berbeda
Masing-masing agama tentu memiliki pandangan
berbeda dalam memandang permasalahan politik negara, tentunya kami mengharapkan
dengan wawancara ini dapat memperluas pengetahuan kami akan perbedaan yang ada.
2.
Menghilangkan sikap apatis
Dengan melaksanakan kegiatan wawancara ini, kami
ingin menghilangkan sikap apatis dalam diri pribadi yang hanya ingin tahu
pandangan dari agam sendiri dan mengabaikan pandangan dari agama lainnya.
3.
Menjalin silaturahim antar
individu berbeda agama
Kegiatan wawancara ini juga bertujuan untuk
menjalin silaturahim dengan tokoh agamis yang memiliki agama berbeda, bertukar
pemikiran dalam diskusi sehingga menciptakan keharmonisan umat beragama dalam
negara.
4.
Menemukan titik tengah
permasalahan
Dari jawaban para tokoh yang telah diwawancara,
kami bertujuan untuk menyimpulkan solusi yang di berikan ketiga agama yang
berbeda untuk menemukan titik tengah dari konflik berkelanjutan yang kini
sedang terjadi di Indonesia.
BAB II METODE KEGIATAN
2.1 Konsep Kegiatan
Kami akan menyiapkan pertanyaan, seputar tema
yang sudah ditentukan, untuk masing-masing pemuka agama. Tentunya tema dan
pertanyaan bagi masing-masing tokoh akan sama, sehingga jawaban pun dapat
dibandingkan. Kami juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan spesifik khusus
yang berbeda untuk masing-masing agama, yang nantinya akan kami ambil sebagai
ciri khas dari pandangan agama tersebut.
Hasil dari wawancara, setelah di olah, akan kami
sajikan dalam bentuk presentasi. Tentunya masing masing wawancara akan memiliki
dokumentasi video yang nantinya juga akan di tampilkan pada presentasi.
2.2 Waktu dan
Lokasi
Waktu dan lokasi dari kegiatan
ini akan mengikuti jadwal dari pemuka agama yang nantinya akan kami wawancara.
Kami belum bisa memberikan waktu pasti nya, karena perlu menunggu kepastian
dari masing masing tokoh agama.
BAB III KONSEP
Sekularisme secara garis besar
menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari
agama atau kepercayaan.
Paham ini
dianggap dapat menunjang kebebasan dari
pemaksaan kepercayaan dengan adanya rangka yang mengambil jalan tengah dalam masalah kepercayaan tanpa mengatasnamakan kepercayaan
tertentu. Sekularisme
juga beranggapan bahwa aktivitas politis manusia harus didasarkan pada fakta, bukan berdasarkan kepercayaan
beragama.
Dalam politik,
sekularisme dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan
dan agama
negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan
pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan dapat menghilangkan
diskriminasi kaum-kaum minoritas.
Dalam paham Marxisme yang dibawa oleh filsafat
abad ke-20 , Karl Marx, mendukung bahwa pengaruh agama membawa dampak negatif
bagi kehidupan politis negara. Di dalam negara dengan kepercayaan serupa seperti
negara blok komunis , institusi keagamaan
menjadi subjek di bawah negara sekuler. Kebebasan untuk beribadah
dihalang-halangi dan dibatasi, dan ajaran agama pun juga diawasi agar selalu sejalan dengan hukum sekuler
atau bahkan filsafat umum yang resmi.
Anti-sekularisme
merasa bahwa
pandangan diatas sangat arogan, menurut mereka pemerintaan sekuler menciptakan lebih banyak
masalah daripada menyelesaikannya, dan pemerintahan dengan etos keagamaan itu lebih baik. Menurut anti-sekularisme dari kaum
kristiani, mereka merasa bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak
kebebasan beragama daripada yang sekuler. Seperti contohnya Norwegia, Islandia, Finlandia,
dan Denmark,
yang mempunyai hubungan konstitusional antara gereja dengan negara namun juga
dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara kebalikannya.
BAB IV
HASIL
KEGIATAN I
Kelas :
LB43
Dosen : Noor Rachmat
Hari/Tanggal : 14 Desember 2017
Waktu : 16.00-16.30 WIB
Lokasi : Wihara Ekayana.
Kehadiran :
1.
Rayzaki Budhy R 2001612052 √
2.
Kafti Paradika
Purnomo 2001617450 √
3.
Gibran Rivaldi 2001613534 √
4.
Reynaldi Sandang 2001613250√
*Keterangan:
√ (Hadir); – (Tidak Hadir)
Pada tanggal Desember 2017 kami mengunjungi Wihara Ekayana yang bertempat di Jalan Mangga II No. 8 Tanjung Duren Barat untuk mensurvey Wihara dan membuat janji untuk mewawancara salah satu tokoh agama di Wihara Ekayana. Survey ini dihadiri oleh seluruh anggota kelompok 7.
HASIL
KEGIATAN II
Kelas : LB43
Dosen : Noor Rachmat
Hari/Tanggal : 15 Desember 2017
Waktu : 14.00-15.00 WIB
Lokasi : Kediaman Ustad Abdul Rojak
Kehadiran :
1.
Rayzaki Budhy R 2001612052 √
2.
Kafti Paradika
Purnomo 2001617450 √
3.
Gibran Rivaldi 2001613534 √
4.
Reynaldi Sandang 2001613250√
*Keterangan:
√ (Hadir); – (Tidak Hadir)
Pada
tanggal Desember 2017 kami mengunjungi Ustad Abdul Rojak di kediaman rumah
beliau untuk mewawancarai tentang topic kami. Dan Berikut hasil wawancara
kelompok kami dengan beliau
1.
Bagaimana pandangan agama anda soal
politik Negara, dalam pembentukan sistem Negara dengan mayoritas agama
tertentu?
Sebaiknya
soal politik Negara berkiblatkan pada Agama, dikarenakan dalam agama itu
sendiri mengajarkan kebaikan pada setiap umat manusia di muka bumi ini. Nabi
pun mengajarkan kebaikan, seperti contohnya tidak menghabisi suatu kaum yang
berbeda keyakinan karena masalah tertentu. Dalam agama sendiri menjamin adanya
keselamatan dan islam pun melarang merusak dari agama mereka. Dalam agama sendiri
juga dijelaskan bagaimana berpolitik dengan benar meskipun tidak secara rinci.
2.
Professor Amal Tomagola dari Universitas
Indonesia, yang merupakan dosen psikologi, pernah mengatakan bahwa agama telah
gagal melaksanakan tugas sosialnya terhadap masyarakat, apakah menurut anda sah
sah saja apabila suatu golongan agama tertentu menggunakan tangan Negara untuk
melaksanakan kepentingan agamanya?
Agama
tidak pernah salah, kursi kepresidenan dan hukum tidak pernah salah, lalu untuk
pihak yang disalahkan adalah oknumnya. Agama dan politik Negara sebaiknya
berjalan dengan berirangan dan kita sebagai masyarakat Indonesia seharusnya
tunduk kepada hukum dan taati ulul amri (pemimpin).
3.
Presiden Jokowi 24 Maret 2017
diperesmian tugu Sumatra Utara mengatakan bahwa jangan satukan agama dan
politik Negara, bagaimana pendapat anda dengan pernyataan tersebut?
Agama
dan Politik tidak akan pernah bisa di pisahkan. Jika agama dan politik dipisah
maka degradasi moral akan terjadi, dimana masyarakat itu sendiri tidak bermoral,
beretika dan tidak bisa menghormati satu sama lain. Seperti contohnya kasus
pelecehan seksual yang sering terjadi, bahkan pembunuhan sekalipun. Itulah
mengapa politik itu sendiri harus berkiblat pada agama dan harus berjalan
beriringan.
HASIL
KEGIATAN III
Kelas : LB43
Dosen : Noor Rachmat
Hari/Tanggal : 19 Desember 2017
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Lokasi : Wihara Ekayana, Tanjung Duren,
Jakarta Barat.
Kehadiran :
1.
Rayzaki Budhy R 2001612052 √
2.
Kafti Paradika
Purnomo 2001617450 √
3.
Gibran Rivaldi 2001613534 √
NIM Nama Keterangan*
*Keterangan:
√ (Hadir); – (Tidak Hadir)
Pada
tanggal Desember 2017 kami mengunjungi Wihara Ekayana untuk mewawancarai tokoh
agama. Tokoh agama yang kami temui saat itu adalah Romo Badhra Pala Berikut
hasil wawancara kelompok kami dengan beliau:
1.
Bagaiama pandangan agama anda soal
politik Negara, dalam pembentukan sistem Negara dengan mayoritas agama
tertentu?
Politik
ada dalam kehidupan sehari-hari begitu juga dengan agama. Negara, agama dan politik tidak bisa
dipisahkan. Pada hakikatnya politik itu sendiri tidak jahat. Jika politik itu
sendiri dijalankan oleh orang orang yang baik maka akan lebih baik, jika yang
keliru akan berbahaya. Namun, agama itu
sendiri tidak bisa diterapkan sepenuhnya pada kehidupan politik karena
masyarakat yang majemuk dalam kasus ini kita bisa menerapkan poin-poin penting
dalam agama yang bersifat universal. Kecuali masyarakat itu sendiri tidak
majemuk, atau bisa dibilang hanya ada satu agama dalam Negara tersebut.
2.
Professor Amal Tomagola dari Universitas
Indonesia, yang merupakan dosen psikologi, pernah mengatakan bahwa agama telah
gagal melaksanakan tugas sosialnya terhadap masyarakat, apakah menurut anda sah
sah saja apabila suatu golongan agama tertentu menggunakan tangan Negara untuk
melaksanakan kepentingan agamanya?
Agama
sudah cukup berhasil dalam kegiatan sosialnya terhadap masyarakat yang beragam.
Tidak masalah jika menggunakan tangan Negara untuk menyuarakan kepentingan
agama namun dalam konteks ini bukan untuk agama masing-masing melainkan secara
universal yaitu untuk kepentingan agama bersama.kita bisa menggunakan poin-poin
penting dalam agama dan mengamalkan serta menerapkannya untuk kepentingan
masyarakat bersama yang nilainya lebih universal dan bisa mencakup dan mewakili
banyak orang dengan kerpercayaan yang beragam.
3.
Presiden Jokowi 24 Maret 2017
diperesmian tugu Sumatra Utara mengatakan bahwa jangan satukan agama dan
politik Negara, bagaimana pendapat anda dengan pernyataan tersebut?
Memang
benar agama dan politik harus dipisahkan, akan tetapi tidak boleh juga jika
berdiri sendiri masing masing. Nilai agama juga banyak yang baik sekali dan
jika kita bisa mengamalkan serta menerapkan nilai tersebut maka kita juga bisa
menerapkannya pada bidang politik pemerintahan akan tetapi yang bersifat umum
tanpa berkepentingan kelompok. Dalam agama juga ada nilai kepemimpinan yang
banyak bisa diterapkan. Mungkin pada saat itu situasi kondisi Indonesia sedang
marak-maraknya tindakan terorisme dan radikalisme, dan itu adalah salah satu
penyebab mengapa beliau mengatakan hal serupa. Pernyataan tersebut tentunya
bisa meredam pemikiran masyarakat yang menyalah gunakan nama agama atau
mengatas namakan agama dalam tindakan radikalismenya.
HASIL
KEGIATAN IV
Kelas : LB43
Dosen :
Noor Rachmat
Hari/Tanggal : 28 Desember 2017
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Lokasi : Kost Sandang, gang U, Kebon
Jeruk,Jakarta Barat.
Kehadiran :
1.
Rayzaki Budhy R 2001612052 √
2.
Kafti Paradika
Purnomo 2001617450 √
3.
Gibran Rivaldi 2001613534 √
4.
Reynaldi Sandang 2001613250√
NIM Nama Keterangan*
*Keterangan:
√ (Hadir); – (Tidak Hadir)
Pada
tanggal Desember 2017 kami mengunjungi Kost syahdan, tempat dimana
mahasiswa-mahasiswa binus dapat beribadah setiap hari di aula lantai 3 untuk
mewawancarai tokoh agama. Tokoh agama yang kami temui saat itu adalah Pendeta
Moses Soewarto Berikut hasil wawancara kelompok kami dengan beliau:
1.
Bagaimana pandangan agama anda soal
politik Negara, dalam pembentukan sistem Negara dengan mayoritas agama
tertentu?
Politik
dan agama adalah 2 hal yang berbeda dalam diri seseorang dan tetapi tidak bisa
dipisahkan dari manusia. Politik itu pasti berkaitan dengan kegiatan kita
sehari-hari, setiap orang itu pasti berpolitik dalam hal kecil maupun
besar.Khususnya dalam Negara Indonesia, semua pasti berpolitik dan pasti ia
juga beragama. Dan politik tanpa agama yang sekuler seperti Negara perancis
berbeda dengan Negara Indonesia. Uniknya dari Negara kita tercinta ini adalah
yang menyatukan nya adalah bukan politiknya tapi karena agamanya. Maka agama
menyokong terciptanya keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
2.
Professor Amal Tomagola dari Universitas
Indonesia, yang merupakan dosen psikologi, pernah mengatakan bahwa agama telah
gagal melaksanakan tugas sosialnya terhadap masyarakat, apakah menurut anda sah
sah saja apabila suatu golongan agama tertentu menggunakan tangan Negara untuk
melaksanakan kepentingan agamanya?
Agama
itu adalah hal yang inclusive, semua ada didalam agama. Didalam agama diajarkan
bagaimana hidup dengan manusia satu sama lain, memabntu menghargai dan semuanya
sudah diatur didalam agama.
Yang
menjadi masalah adalah bukan agamanya namun orang nya. Orang yang menggunakan
agama nya guna untuk kepentingan kekuasaan nya sendiri adalah orang yang kurang
berpengetahuan akan agama nya sendiri. Orang terserbut tidak memahami tidak
menghayati apa yang agama nya telah ajarkan dalam menjadi seorang pemimpin atau
seseorang dengan kekuasaan. Orang tersebut dapat berperilaku seperti itu karena
orang itu hanya mengambil bagian permukaan dari agama nya dan tidak menerapkan
nya dalam kehidupan sehari-hari sehingga orang tersebut bisa menyalahgunakan
dan mengatasnamakan agama dalam kegiatan-kegiatan tidak bermoral nya sendiri.
3.
Presiden Jokowi 24 Maret 2017
diperesmian tugu Sumatra Utara mengatakan bahwa jangan satukan agama dan
politik Negara, bagaimana pendapat anda dengan pernyataan tersebut?
Menurut saya, Bapak Presden tahu betul apa yang
dibicarakna nya,beliau tau dimana beliau berada,kepada siapa beliau berbicara
dan dengan siapa beliau berbicara dan saya yakin apa yang beliau maksud dari
perkataan tersebut adalah bukan Indonesia menjadi Negara yang sekuler tapi
dengan latar belakang banyaknya konflik mengenai pemilihan gubernur jangan
samapi presentase keyakina kit aberubah menjadi suatu bentuk radikalisme agama.
Dan kira-kira seperti itulah tanggapan saya tentang pernyataan beliau tersebut.
BAB
V
REFLEKSI
Kafti Paradika : Melalui
project luar kelas ini kelompok saya mengambil project untuk mewawancarai tokoh
agama, saya mendapatkan hal-hal yang baru dalam kegiatan ini, salah satunya
adalah pandangan dimana agama dan politik dapat berjalan berdampingan, bukan
sesuatu yang harus dipisahkan. Agama merupakan dasar bagi orang-orang berpijak,
jika orang tersebut mengamali nilai-nilai agama dengan baik hingga membentuk
karakter dan nuraninya niscaya dalam perannya di dunia politik akan baik dan
tidak ada ketidakadilan yang dapat terjadi. Politik tanpa agama merupakan hal
yang tidak tepat juga, adanya agama memanusiakan politik, menurut saya
pengaplikasian dan pemahaman agama memiliki peran penting dalam membentuk
karakter seseorang, nilai-nilai agama dapat diadopsi untuk menciptakan
lingkungan yang sejahtera, karakter pembentukan agama dapat menjadi orang
tersebut bijak dalam menjalankan roda politik dengan mengamalkan nilai-nilai
agama disetiap langkahnya. Meskipun kedua hal ini Nampak bertolak belakang
namun bukan berarti mereka tidak dapat berjalan bersama untuk menciptakan
kesejahteraan bagi semua masyarakat. Semoga ini dapat diterapkan di Indonesia
agar tercipta sejahtera bagi masyarakat Indonesia.
Rayzaki Budhy Rasyidi : Saya merenungkan dengan dalam mengenai pandangan
agama terhadap politik dalam pembentukan sistem Negara. Agama dan politik
merupakan pengisi kehidupan sehari-hari, keduanya mengikat manusia dengan cara
yang berbeda, contohnya sanksi yang diberikan oleh keduanya. Saya berpendapat
bahwa agama dan politik merupakan hal yang berbeda dalam artian, tidak semua
nilai agama harus tertuang dalam tata aturan suatu Negara, tidak semua nilai
agama harus dituangkan dan di laksanakan oleh suatu tatanan Negara. Lebih
tepatnya adalah mengambil nilai universal dari agama ke dalam kehidupan
bernegara. Kita hidup di bumi pertiwi yang penuh dengan keberagaman, kita tidak
dapat mengambil semua nilai agama dari agama tertentu kedalam tatanan
bernegara, sedangkan Negara kita memiliki banyak agama yang dianut oleh penduduknya.
Oleh karena itu hanya bernilai universal saja yang di adopsi, kita bukanlah
Negara yang menganut sistem keagamaan saja atau politik saja, Negara kita
berdiri dalam ideologi Pancasila dimana kedua hal tersebut terkandung dalam
Pancasila, keduanya adalah suatu kesatuan yang saling mengisi.
Gibran Rivaldhi : Melalui project luar kelas ini semakin membuka pandangan saya
mengenai agama. Tidak ada pertikaian agama dalam politik, semuanya hanya
dikarenakan oleh oknum tertentu. Agama tidak dapat disalahkan, tatanan Negara
juga tidak dapat disalahkan. Kembali lagi pada oknum yang menimbulkan
pertikaian mencuat. Hal ini dapat disebabkan dengan pemahaman agama yang kurang ataupun sikap
acuh tak acuh dengan Negara.
Raynaldhi
Bane :
Refleksi saya melalui project luar kelas
ini adalah agama dan politik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
jauh, mereka bisa saling mengisi bukan saling bertabrakan. Nilai-nilai agama
membawa manusia ke arah yang lebih baik, jika manusia tersebut berbuat
kejahatan maka bukan agamanya yang disalahkan namun dirinya sendirilah yang
dipertanyakan. Hal ini membuat saya untuk lebih jeli lagi dalam menlai suatu
kejadian yang terjadi, sebagai mahasiswa saya tidak dapat hanya berdiam dan
tidak peduli namun harus kritis menilai agar tidak terjerumus dalam pandangan
yang salah.
KESIMPULAN
Agama itu tidak bisa disatukan dengan
politik Negara. Namun kedua hal tersebut harus berjalan beriringan demi
menciptakan kedamaian antar umat manusia. Di dalam agama sendiri juga
mengajarkan nilai kebaikan yang tentunya bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Jika kita bisa menerapkan hal tersebut, maka kehidupan di dunia
akan lebih tentram dan damai. Karena berpolitik tanpa beragama secara benar
akan berbahaya. Agama sering disalahgunakan untuk semata-mata meraih kekuasaan
tanpa dilandasi nilai-nilai akhlak yang mulia. Dan agama tanpa politikakan
menjadi hal yang sangat disayangkan karena mellui politik, seseorang dapat
berekspresi keberagaman dan bisa diaktualisasikan. Dengan sinkron nya jalan
agama dan politik, masyarakat manusia akan mendapatkan perlindungan dan jaminan
kebebasan dalam kehidupa beragama.
REFERENSI
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN I
DOKUMENTASI KEGIATAN II
DOKUMENTASI KEGIATAN III
DOKUMENTASI KEGIATAN VI
VIDEO
https://www.youtube.com/watch?v=CygWKwYoIas&feature=youtu.be